Oleh Ade Efdira
“Dengan menulis akan melahirkan ide,
gagasan dan membangkitkan inovasi.” – H.
Gusmal Dt. Rajo Lelo, Bupati Solok (dikutip dari “Memperkokoh RPJMD 2016-2021
Kab. Solok Menulis Menjadi Ikon Program Empat Pilar”, harian Singgalang, edisi
Senin, 11 April 2016).
Bayangkanlah...
Sabtu, 6
Agustus 2016; Beberapa jam sebelum Grand Start Tour de Singkarak (TdS) Tahun
2016 dimulai, para pebalap sepeda dari berbagai negara duduk di bawah
gazebo-gazebo yang berjejer di tepi Dermaga Singkarak. Dibelai angin danau yang
lembut, ditingkahi sayup-sayup suara saluang dan bansi, mereka menulis catatan
perjalanan sesampai di Ranah Minang; tentang alam yang indah, tentang
masyarakat yang dikabarkan ramah, tentang makanan, tentang hotel, tentang tari
dan nyanyian, tentang sepeda, tentang ombak, sawah, tanjakan, gunung... tentang
apa saja yang terbetik di benak mereka ketika duduk di tepi Singkarak nan badangkang.
Di bawah
gazebo-gazebo yang lain, anak-anak sekolah, mahasiswa, guru, pegawai,
masyarakat umum, polisi, tentara, tukang parkir, jurnalis, pejabat
pemerintahan, semuanya asyik menekuri kertas dan pena: menulis. Menulis tentang
apa saja; pengalaman, perasaan, impian, gagasan, khayalan, atau apa pun. Solok
Menulis!
Di Taluak
Tikalak, di Tembok Kacang, di Paninggahan, di bawah Puncak Gagoan, di Muaro
Ombilin, atau di mana pun selingkar Danau Singkarak, diadakan acara pembacaan
puisi, bedah buku, dongeng untuk anak, pemutaran film, pertunjukan
dendang-randai-salawat dulang, lomba menari, lomba menulis cerita dan puisi, lomba
memasak pangek sasau, dan lainnya. Anak-anak sekolah, bapak-ibu petani dan
nelayan, uda-uni pelancong, pedagang, pegawai, peliput berita, dan siapa pun yang
berada di sana, dapat menikmati alam Singkarak sekaligus dunia sastra budaya sembari
menunggu kelebatan para pebalap sepeda berkelas internasional. Tidak ada yang
merasa sia-sia.
Tidak ada
masyarakat yang mengumpat gerutu karena terjebak macet berjam-jam tanpa
kegiatan yang produktif. Sebab, mereka tidak hanya akan menyaksikan para atlet
yang melintas dalam hitungan detik. Namun, ada acara lainnya yang tidak kalah
menarik menyertai gegap gempita TdS yang telah menjadi iven dunia. Masyarakat
tidak sekadar jadi penonton tapi juga terlibat di dalam iven, dalam rangkaian
kegiatan tour tahunan itu. Barangkali
sebelum balap yang sebenarnya, dapat juga digelar balap icak-icak mengelilingi Danau Singkarak, Kebun Teh, Sawah Solok,
atau tempat lain sehingga yang berbalap ria tidak hanya orang lain, tetapi
masyarakat setempat pun kembali akrab dan mencintai sepeda. Untuk itu, tentu
saja jalan perlu diperbaiki, dan ada jaminan keamanan nyawa para pesepeda di
jalan raya. Kalau tidak, akan jauh panggang dari api. Menjual iven balap sepeda,
sementara masyarakat setempat tidak merasa bahwa sepeda bagian dari
kehidupannya.
Tahun ini TdS
‘kembali’ ke Solok. Ini sebenarnya momen yang tepat untuk kembali mengangkat
nama Solok sebagai kabupaten terbaik di Sumatera Barat. Kabupaten Solok mesti
bergerak cepat membenahi fasilitas dan infrastruktur sehingga iven berbujet
besar itu lebih mengena, tidak sekadar pengisi kalender rutin. Pariwisata sebagai
salah satu tonggak pembangunan benar-benar diseriusi. Banyak spot istimewa di Solok yang telah
menjadi magnet wisatawan: Gunung Talang, Danau Kembar, Kebun Teh, Tugu Ayam
Kukuak Balenggek, Puncak Gagoan, Janjang Saribu Sulik Aie, Angin Berhembus
Aripan, Aie Angek Koto Anau, Rumah Pohon Laing Park, Pulau Belibis, Sarasah Aie
Batimpo, dan masih banyak lagi yang lain. Kita tidak bisa memungkiri bahwa
pariwisata mendatangkan rezeki untuk masyarakat dengan terbukanya peluang usaha
dan lapangan kerja, juga kemajuan. Kesejahteraan sosial masyarakat pun akan
lebih membaik. Ayo, ayo! Mari datang ke Solok, Solok yang sebenar elok! Solok!
Solok! Solok!
Tidak cuma
tempat, Solok juga punya banyak keunikan tradisi dan kesenian yang mengagumkan.
Semuanya keren, luar biasa. Kekayaan alam dan budaya yang dapat dieksplorasi
dalam tulisan. Bila semua itu ditulis, buku-bukunya bisa memenuhi 13 kontainer,
Pak Bupati!
Terkait
rencana pembangunan sektor pendidikan, Bupati Gusmal secara khusus telah mengeluarkan
ide untuk menjadikan Kabupaten Solok sebagai daerah yang memunculkan banyak
penulis. Tidak hanya dari kalangan tenaga pendidik, tetapi juga profesi lain. Menurutnya,
kegiatan menulis dapat menginformasikan fakta dan data kepada khalayak pembaca
sehingga masyarakat memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru tentang berbagai
hal yang terjadi.
Gagasan Bapak
Bupati tersebut sangat penting untuk didukung karena meskipun digagas di
Kabupaten Solok, menulis tidak hanya untuk Solok. Menulis dapat memelihara
pengetahuan kita terhadap bahasa Indonesia untuk menguatkan rasa nasionalisme
yang sering dikobarkan dalam materi Revolusi Mental. Salah satu wujud kesadaran
nasionalisme itu adalah menggunakan bahasa Indonesia secara baik, penuh
penghargaan karena bahasa tersebut mempersatukan bangsa Indonesia yang memiliki
lebih dari 5.000 bahasa daerah dan dialek seperti hasil penelitian para
linguis.
Untuk
mewujudkan impian Bupati tersebut, perlu usaha keras membangkitkan kesadaran
masyarakat untuk membaca dan menulis. Kita tidak akan bisa menulis apabila
tidak membaca, tidak belajar. Imbauan Bupati Solok kepada segenap stake holder-nya untuk menulis berarti
mengajak untuk tekun membaca dan kembali giat belajar. Bagaimana akan
mencerdaskan masyarakat pembaca bila penulisnya belum cerdas?
Masyarakat
yang cerdas adalah wujud dari masyarakat Sumbar yang madani dan sejahtera
seperti visi Gubernur Sumatera Barat. Jadi, mari menulis, mari kembali
belajar![]
Ade Efdira adalah Pekerja Sosial
Pertama
pada Dinas Sosial Provinsi Sumatera
Barat
Dimuat Harian Singgalang edisi Minggu, 15 Mei 2015