Thursday 27 March 2014

Bengkak Kalimado

Tiga hari kedua kaki saya bengkak. Rasanya nyeri-nyeri ngilu, serasa habis digigit kalimado (semut rang rang). Saya cukup cemas dan berspekulasi yang enggak-enggak. Menduga memang ada semut berbisa yang menggigit, atau gara-gara saya salah makan, atau terlambat berolah raga, atau kena gejala sakit gawat--saya ciut menyebut namanya. Ah, jangan-jangan...

Kalau memang iya saya kena sakit yang enggak-enggak, duh, apa jadinya nanti? Saya akan kesulitan beraktivitas. Saya tidak akan bisa lagi bekerja, jalan-jalan, main-main... Dalam ketakutan, saya jadi melamunkan yang tidak-tidak. Bagaimana kalau kaki saya infeksi, membusuk, lalu dipotong sehingga saya tidak punya kaki lagi?

Na'udzubillah. Saya terbayang orang-orang yang kehilangan kaki. Sebagian mereka ada yang bisa kembali bangkit meraih masa depan meskipun terkena musibah berat yang menyebabkan kehilangan anggota tubuh. Bahkan ada yang tetap berhasil menjadi motivator, penulis, atau atlet. Saya? Hmm, apabila itu terjadi, saya bisa menulis sepanjang hari. Bikin novel, kumpulan cerpen, puisi, skenario film... Ah, apa iya saya akan jadi bertambah produktif?! Jangan-jangan saya malah depresi!

Sudah saya urut-urut dengan balsem. Nyerinya masih terasa. Mangaranyam. Kadang serasa teriris. Apa ini gejala asam urat? Ouh, keluarga saya nggak ada yang punya riwayat penyakit itu. Atau diabetes? Diabetes itu sakit gula atau kencing manis. Saya memang suka makanan yang manis-manis dan hampir tiap hari minum kopi. Tapi nggak ada rasanya semut-semut yang berduyun ke kamar mandi untuk menikmati air pipis saya. Atau saya harus pipis di halaman dekat pohon yang banyak semutnya biar tahu respons semut-semut itu secepatnya? Hus!

Kalau kurang olah raga, saya juga sudah bawa badan ini berenang. Tapi masih nggak pulih juga. Akhirnya karena takut ke dokter--karena tidak siap jika harus menerima kenyataan apabila tubuh rapuh saya menyimpan penyakit yang lebih hebat daripada sekadar sakit kepala, demam, dan sakit perut--saya pun merefleksi kebiasaan saya beberapa waktu terakhir.

http://www.costaricaspanish.net


Setelah saya ingat-ingat, ternyata belakangan ini saya sering terlambat tidur malam dan jarang tidur siang--ya, namanya juga sibuk bekerja mencari nafkah. Kualitas gizi saya juga agak menurun karena konsumsi buah, sayur, dan protein saya tidak seperti bulan-bulan sebelumnya. Saya juga sudah tidak rutin minum madu dan... minyak habbatussaudah. *Aish! Promo dah!* Hmm, tanpa bermaksud memuja-muji kayak iklan 'klinik tong fang' (contoh: "Dulu saya pernah patah hati, lalu setelah saya berobat ke klinik Tong Fang, saya sekarang tidak punya hati. Terima kasih klinik Tong Fang!") saya akui, saya memang mendapat banyak manfaat dengan rutin minum kapsul itu (tabletnya belum ada). Dulu saya... *kok kalimatnya jadi mirip, ya???* ... sering sakit, paling nggak sebulan itu ada sakit kepala atau demam agak sehari, lalu setelah saya rutin minum minyak habbatussaudah 1 kapsul sehari, badan saya selalu fit dan sudah jarang sakit. 

Menyadari hal itu, saya pun bergegas ke apotek terdekat, untuk membeli obat yang disunahkan Rasulullah SAW itu dan meminumnya malam dan pagi. Alhamdulillah, sekarang kaki saya sudah agak mendingan. Bila hari-hari sebelumnya saya terpaksa jalan sedikit ngesot karena kaki ngilu dan sedikit meringis ketika melipat kaki waktu duduk dalam shalat, sekarang sudah hampir seperti sedia kala.

Artinya? Yeah, saya harus selalu bersyukur ketika sehat dengan memanfaatkan waktu dan kesempatan sebaik mungkin. Pas sakit, ya, harus beristirahat sembari berikhtiar dengan mencari penawar yang tepat.[]





No comments:

Post a Comment