Sekitar
1 dari 3 anak balita Indonesia mengalami stunting.
Stunting dan gizi buruk telah menjadi isu
kesehatan penting pada beberapa tahun terakhir ini. Terutama setelah mencuatnya
kasus anak-anak yang menderita gizi buruk di Asmat, Papua, disiarkan media. Bagaimana
tidak heboh, Papua yang selama ini selalu terekspos dengan keindahan alam bak
surga di Raja Ampat dan tambang emas Freeport yang sangat kaya, tapi ada
sejumlah warga kelaparan. Bak anak ayam mati di lumbung.
Perhatian
publik terhadap kedua isu ini menjadi meningkat. Masalah stunting dan gizi ramai dibicarakan. Termasuk juga di dalam acara
Temu Blogger Kesehatan Sumatera Barat di Pangeran Beach Hotel Padang, Kamis 22
Maret 2018 silam.
Dengan
suasana santai tapi serius, masalah kesehatan ini dibahas oleh sejumlah narasumber
kompeten dari Kementerian Kesehatan RI, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat, Dinas Kesehatan Kota Padang, dan praktisi kesehatan. Agar pembahasan
sampai ke masyarakat, reporter dari berbagai media juga turut hadir untuk
memberitakan. Didukung oleh 30 orang blogger
Sumatera Barat, acara ini sukses menjadi trending
topic di media sosial Twitter dengan hashtag
#PanganSehatGiziBaik.http://eroseutica.blogspot.co.id/2018/04/sehat-dengan-cerdik.html
Apa itu Stunting?
Stunting adalah masalah kekurangan gizi
yang menyebabkan tinggi tubuh anak tidak berkembang secara normal. Kekurangan
gizi ini terjadi selama seribu hari pertama kehidupan yang dimulai sejak janin
dalam kandungan. Stunting mengakibatkan
tubuh anak menjadi pendek disertai hambatan produktivitas dan kecerdasan
intelektual.
Meskipun
sama-sama berkenaan dengan masalah gizi, stunting
berbeda dengan gizi buruk. Indikator stunting
adalah perkembangan tinggi badan (indikator kronik). Tubuh anak yang
menderita stunting lebih pendek
daripada rekan sebayanya yang memiliki tinggi sesuai dengan perkembangan usia
semestinya. Sedangkan gizi buruk berhubungan dengan perkembangan berat badan
yang ideal sesuai perkembangan usia (indikator akut).
Menurut
Kabid. Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, dr. Achmad
Mardanus, M.Kes, penanganan masalah stunting
yang dilakukan oleh Pemerintah adalah dalam bentuk intervensi
promotif-preventif dan kuratif-rehabilitatif. Upaya ini ditekankan pada
perhatian optimal terhadap seribu hari pertama kehidupan seorang anak.
Upaya
preventif yang dilakukan berupa penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dan
pemberian imunisasi untuk remaja dan calon pengantin. Upaya kuratif dalam
bentuk pemantauan kesehatan dan asupan gizi sejak ibu hamil, melahirkan,
menyusui, hingga pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi balita.
Mewujudkan
Indonesia Sehat
Disampaikan
oleh Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan, drg. Oscar Primadi, MPH, derajat kesehatan masyarakat ditentukan
oleh faktor lingkungan fisik, kimia, biologi, dan ergonomi (40%), faktor
sosio-budaya masyarakat (30%), fasilitas layanan kesehatan, seperti ketersediaan
air bersih yang sangat minim (20%), dan faktor genetika atau keturunan (10%).
Program
penangan permasalahan kesehatan
berpedoman pada Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). GERMAS
adalah suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara
bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.
GERMAS
dilaksanakan dalam bentuk peningkatan aktivitas fisik, peningkatan perilaku
hidup sehat, penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi, peningkatan
pencegahan dan deteksi dini penyakit, peningkatan kualitas lingkungan, peningkatan
edukasi hidup sehat. Tujuan yang hendak dicapai gerakan ini dituangkan dalam
slogan “Saya sehat, keluarga saya sehat, negara kuat!”
Sehat
dengan CERDIK
Gaya
hidup sehat dapat dilakukan dengan langkah “CERDIK.” CERDIK adalah akronim dari slogan kesehatan Kementerian Kesehatan
RI yang setiap hurufnya bermakna. Kepanjangan dari CERDIK adalah Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat dengan kalori
seimbang, Istirahat yang
cukup, dan Kelola stres.
Mengenai
gaya hidup sehat melalui Diet Sehat dengan Kalori Seimbang dipaparkan oleh
pakar gizi dr. Tan Shot Yen. Pada
dasarnya, makhluk hidup makan untuk bertahan hidup, termasuk kita manusia.
Hanya saja, sering manusia makan bukan karena kebutuhan hidup, melainkan karena
gaya hidup. Mengonsumsi makanan tertentu bukan karena tubuh membutuhkan
kandungan nutrisi di dalamnya, melainkan karena didorong rasa suka, ikut-ikutan
tren, atau mewarisi persepsi pola makan yang keliru. Tren ini termasuk diet
ala-ala yang belum terbukti kebenaranya secara ilmiah.
Dokter
Tan mengungkapkan tentang pentingnya mengonsumsi buah dan sayur untuk kesehatan
tubuh. Selain itu variasi menu makanan yang sehat. Indonesia memiliki sumber pangan
melimpah, tapi kita belum memanfaatkanya dengan cara yang tepat. Orang sakit
tidak selalu karena makanannya tidak sehat, tetapi lebih disebabkan kesalahan
komposisi jenis makanan dan pengaturan jadwal memakannya. Aneka makanan padang
yang bersantan sebenarnya tidak menyebabkan penyakit bila diselingi dengan
sayur dan makanan lain yang tak berlemak.
Pengaturan
‘piring makan’ juga penting. Jangan di dalam piring makan kita 90% berisi nasi
atau karbohidrat. Nasi cukup seperempat piring lalu dilengkapi dengan lauk dan
sayuran. Kuncinya adalah
“Makan apa yang
dibutuhkan tubuh, bukan apa yang diinginkan selera kita.”
Itulah sehat yang
cerdik! [Ade Efdira]