Saturday 1 March 2014

Tips Menggemukkan Tulisan

Menulis sudah, lalu?

Setelah selesai menulis dan membacanya, barangkali kita merasa tidak puas karena cerita tersebut terlalu pendek dan datar: Masih kurus kerempeng. Mau dilanjutkan, kita sudah mentok, telah kehabisan ide. Gimana caranya agar tulisan yang tanggung itu bisa lebih padat berisi dan menggoda untuk dibaca?


# Eksplorasi Latar

 Latar adalah bangunan penting tempat cerita berpijak. Ide cerita yang  hebat, jika tidak didukung oleh latar yang kuat akan mengurangi minat pembaca. Maka, perkuatlah latar cerita. Mulai dari latar tempat, waktu, dan suasana. Deskripsikan tempat sedetail mungkin, terutama dengan menggambarkan hal-hal yang unik atau khas. Misalnya warna karpet yang merah seperti buah rambutan ranum, jendela dengan teralis terawang lengkung, bangku dengan kaki yang senjang satu, atau sebuah meja yang di atasnya ada mug dengan jejak serbuk kopi membentuk lingkaran. Detail tempat yang begitu konkret akan membantu imajinasi pembaca untuk mencebur ke dalam laguna cerita.




Selain deskripsi tempat, kita juga perlu menggambaran latar waktu dan suasana cerita. Bisa jadi sehelai pagi dengan tetes-tetes embun yang masih menggantung di rusuk dedaun, tengah hari ketika elang berputar-putar mengintai ayam montok yang lengah, atau sore saat burung-burung bangau pulang berkelompok dengan latar siluet matahari bewarna merah yang akan tenggelam.

Sewaktu membuat deskripsi tersebut, usahakan semua alat indra terekplorasi, tidak melulu tangkapan indra penglihatan. Ungkapkan juga suara yang singgah ke telinga, aroma wangi yang menyusup ke hidung, serta halus-kesat permukaan dinding yang tersentuh ujung jari.



# Tarik Ulur Alur

Tak ada peristiwa, tak ada cerita.

Cerita akan menarik ketika mengandung suspense dan surprise. Suspense; bagaimana kita mengulur penyampaian informasi sehingga pembaca menjadi penasaran seolah sedang menghadapi teka-teki yang mendebarkan. Surprise atau kejutan memberikan sentakan yang akan membuat pembaca kaget, tidak menyangka. Kejutan yang pas akan memancing emosi pembaca, membuatnya mengenang selalu cerita tersebut. Kesemsem dan tidak bisa tidur. Hm!

Ide cerita sebenarnya dari masa ke masa akan sama. Cara penyajianlah yang membedakannya. Mana cerita yang paten, mana yang melempem. Bermain-main dengan alur adalah salah satu cara memperistimewa cerita.



#Tokoh yang Kokoh

Kehadiran tokoh di dalam cerita tidak cukup sebatas nama. Tokoh baiknya hadir sebagai pribadi yang memiliki jasmani dan rohani 'nyata'. Kita perlu menggambarkan fisiknya, termasuk kebiasaan-kebiasan kecilnya, seperti menggaruk belakang kuping atau menggoyang-goyangkan puncak hidung. Semakin 'manusiawi' tokoh cerita kita, semakin kokohlah adanya dia sehingga pembaca dapat bersimpati dan mempunyai emosi tertentu terhadapnya. Jangan hadirkan tokoh yang hitam-putih, klise. Setiap orang punya sisi baik dan jahat, kuat dan lemah, mengagumkan dan menggeregetankan. Aih, istilahnya!

Agar lebih mudah dalam 'menghidupkan' tokoh, rajin-rajinlah mengamati orang-orang di sekitar, di film, di berita, dan... ingat baik-baik karakternya. Kalau perlu gunakan pensil untuk menggambar sketsa atau kamera untuk memotretnya agar gampang saat mendeskripsikan.


Sisipan juga bisa kita gunakan untuk menambah bobot cerita. Bisa lirik lagu, dialog film, kisah sejarah, shirah Nabi, informasi ensiklopedi, atau apapun. Asal relevan dan tidak berlebihan porsinya. Jangan lupa untuk memberi catatan terkait sumber informasinya. Ibarat badan ceking, bisa kita siasati dengan memakai baju tebal sehingga sedap ditatap.



BTW, menulis membutuhkan kesabaran. Sebelum menulis, kita perlu mempersiapkannya; buat outline, memilih nama tokoh, mendesain latar dan peristiwa, merekayasa konflik, memperkirakan panjang cerita, menimbang-nimbang calon pembaca... Kemudian menuangkannya lewat untaian kata demi kata. Terakhir membenahinya; mengedit, memoles, memperhalus, menambal, menggemukkan... Selamat bercerita! []


No comments:

Post a Comment