Tuesday 17 May 2016

Bupati Solok Menulis di Atas Sepeda

Oleh Ade Efdira


“Dengan menulis akan melahirkan ide, gagasan dan membangkitkan inovasi.” – H. Gusmal Dt. Rajo Lelo, Bupati Solok (dikutip dari “Memperkokoh RPJMD 2016-2021 Kab. Solok Menulis Menjadi Ikon Program Empat Pilar”, harian Singgalang, edisi Senin, 11 April 2016).

Bayangkanlah...


Sabtu, 6 Agustus 2016; Beberapa jam sebelum Grand Start Tour de Singkarak (TdS) Tahun 2016 dimulai, para pebalap sepeda dari berbagai negara duduk di bawah gazebo-gazebo yang berjejer di tepi Dermaga Singkarak. Dibelai angin danau yang lembut, ditingkahi sayup-sayup suara saluang dan bansi, mereka menulis catatan perjalanan sesampai di Ranah Minang; tentang alam yang indah, tentang masyarakat yang dikabarkan ramah, tentang makanan, tentang hotel, tentang tari dan nyanyian, tentang sepeda, tentang ombak, sawah, tanjakan, gunung... tentang apa saja yang terbetik di benak mereka ketika duduk di tepi Singkarak nan badangkang.
Di bawah gazebo-gazebo yang lain, anak-anak sekolah, mahasiswa, guru, pegawai, masyarakat umum, polisi, tentara, tukang parkir, jurnalis, pejabat pemerintahan, semuanya asyik menekuri kertas dan pena: menulis. Menulis tentang apa saja; pengalaman, perasaan, impian, gagasan, khayalan, atau apa pun. Solok Menulis!
Di Taluak Tikalak, di Tembok Kacang, di Paninggahan, di bawah Puncak Gagoan, di Muaro Ombilin, atau di mana pun selingkar Danau Singkarak, diadakan acara pembacaan puisi, bedah buku, dongeng untuk anak, pemutaran film, pertunjukan dendang-randai-salawat dulang, lomba menari, lomba menulis cerita dan puisi, lomba memasak pangek sasau, dan lainnya. Anak-anak sekolah, bapak-ibu petani dan nelayan, uda-uni pelancong, pedagang, pegawai, peliput berita, dan siapa pun yang berada di sana, dapat menikmati alam Singkarak sekaligus dunia sastra budaya sembari menunggu kelebatan para pebalap sepeda berkelas internasional. Tidak ada yang merasa sia-sia.
Tidak ada masyarakat yang mengumpat gerutu karena terjebak macet berjam-jam tanpa kegiatan yang produktif. Sebab, mereka tidak hanya akan menyaksikan para atlet yang melintas dalam hitungan detik. Namun, ada acara lainnya yang tidak kalah menarik menyertai gegap gempita TdS yang telah menjadi iven dunia. Masyarakat tidak sekadar jadi penonton tapi juga terlibat di dalam iven, dalam rangkaian kegiatan tour tahunan itu. Barangkali sebelum balap yang sebenarnya, dapat juga digelar balap icak-icak mengelilingi Danau Singkarak, Kebun Teh, Sawah Solok, atau tempat lain sehingga yang berbalap ria tidak hanya orang lain, tetapi masyarakat setempat pun kembali akrab dan mencintai sepeda. Untuk itu, tentu saja jalan perlu diperbaiki, dan ada jaminan keamanan nyawa para pesepeda di jalan raya. Kalau tidak, akan jauh panggang dari api. Menjual iven balap sepeda, sementara masyarakat setempat tidak merasa bahwa sepeda bagian dari kehidupannya.
Tahun ini TdS ‘kembali’ ke Solok. Ini sebenarnya momen yang tepat untuk kembali mengangkat nama Solok sebagai kabupaten terbaik di Sumatera Barat. Kabupaten Solok mesti bergerak cepat membenahi fasilitas dan infrastruktur sehingga iven berbujet besar itu lebih mengena, tidak sekadar pengisi kalender rutin. Pariwisata sebagai salah satu tonggak pembangunan benar-benar diseriusi. Banyak spot istimewa di Solok yang telah menjadi magnet wisatawan: Gunung Talang, Danau Kembar, Kebun Teh, Tugu Ayam Kukuak Balenggek, Puncak Gagoan, Janjang Saribu Sulik Aie, Angin Berhembus Aripan, Aie Angek Koto Anau, Rumah Pohon Laing Park, Pulau Belibis, Sarasah Aie Batimpo, dan masih banyak lagi yang lain. Kita tidak bisa memungkiri bahwa pariwisata mendatangkan rezeki untuk masyarakat dengan terbukanya peluang usaha dan lapangan kerja, juga kemajuan. Kesejahteraan sosial masyarakat pun akan lebih membaik. Ayo, ayo! Mari datang ke Solok, Solok yang sebenar elok! Solok! Solok! Solok!
Tidak cuma tempat, Solok juga punya banyak keunikan tradisi dan kesenian yang mengagumkan. Semuanya keren, luar biasa. Kekayaan alam dan budaya yang dapat dieksplorasi dalam tulisan. Bila semua itu ditulis, buku-bukunya bisa memenuhi 13 kontainer, Pak Bupati!
Terkait rencana pembangunan sektor pendidikan, Bupati Gusmal secara khusus telah mengeluarkan ide untuk menjadikan Kabupaten Solok sebagai daerah yang memunculkan banyak penulis. Tidak hanya dari kalangan tenaga pendidik, tetapi juga profesi lain. Menurutnya, kegiatan menulis dapat menginformasikan fakta dan data kepada khalayak pembaca sehingga masyarakat memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru tentang berbagai hal yang terjadi.
Gagasan Bapak Bupati tersebut sangat penting untuk didukung karena meskipun digagas di Kabupaten Solok, menulis tidak hanya untuk Solok. Menulis dapat memelihara pengetahuan kita terhadap bahasa Indonesia untuk menguatkan rasa nasionalisme yang sering dikobarkan dalam materi Revolusi Mental. Salah satu wujud kesadaran nasionalisme itu adalah menggunakan bahasa Indonesia secara baik, penuh penghargaan karena bahasa tersebut mempersatukan bangsa Indonesia yang memiliki lebih dari 5.000 bahasa daerah dan dialek seperti hasil penelitian para linguis.
Untuk mewujudkan impian Bupati tersebut, perlu usaha keras membangkitkan kesadaran masyarakat untuk membaca dan menulis. Kita tidak akan bisa menulis apabila tidak membaca, tidak belajar. Imbauan Bupati Solok kepada segenap stake holder-nya untuk menulis berarti mengajak untuk tekun membaca dan kembali giat belajar. Bagaimana akan mencerdaskan masyarakat pembaca bila penulisnya belum cerdas?
Masyarakat yang cerdas adalah wujud dari masyarakat Sumbar yang madani dan sejahtera seperti visi Gubernur Sumatera Barat. Jadi, mari menulis, mari kembali belajar![]

Ade Efdira adalah Pekerja Sosial Pertama
pada Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat


Dimuat Harian Singgalang edisi Minggu, 15 Mei 2015

No comments:

Post a Comment