Oleh
Ragdi F. Daye
“Mustahil engkau dapat menuangkan madu ke dalam
gelas
jika botolmu hanya berisi air gula
—atau malah tidak ada isinya sama sekali!”
Pertanyaan paling sering muncul
ketika saya mengisi pelatihan atau diskusi kepenulisan adalah bagaimana cara
menghadapi kebuntuan saat menulis, baik saat memulai atau pun melanjutkan
tulisan, sementara ide tulisan masih berkecamuk di kepala. Jawaban
sederhana—dan telak—adalah si penanya masih kurang membaca—jika terlalu sarkas
mengatakan malas membaca!
Nah!
Memangnya ada hubungan apa antara kegiatan menulis dengan kegiatan membaca?
Seorang pembaca memang tidak harus menjadi penulis. Namun, seorang penulis
haruslah juga seorang pembaca—yang baik. Sebab, tidak ada yang dapat
disampaikan seorang penulis apabila dia tidak membaca terlebih dahulu.
Kegiatan
membaca dapat diartikan sebagai sebuah proses mencari dan mengumpulkan
informasi dalam suatu teks atau konteks. Teks dapat berupa kitab, buku,
artikel, blog, naskah, surat, brosur, atau markah. Konteks dapat berupa situasi
tempat dan ruang, fenomena sosial, atau alam semesta. Kegiatan membaca erat
hubungannya dengan dunia pustaka dan literasi, serta observasi fenomena sosial,
dan tadabur alam. Membaca literasi membuat seorang penulis punya banyak
referensi terkait teknik dan materi tulisan. Membaca alam semesta memberikan
inspirasi tanpa batas dan mempertajam cakrawala berpikir.
Membaca
adalah menerima informasi, menghimpun referensi, belajar; Menulis adalah
memberi, menuangkan gagasan, mengamalkan ilmu pengetahuan. Membaca tanpa
disertai menulis seperti pohon tak berbuah.
Ada sejumlah
manfaat aktivitas membaca yang sangat mendukung kegiatan menulis, di antaranya
sebagai berikut:
- Memperluas wawasan
Ketika akan menulis tentang suatu
topik, kita memerlukan referensi tentang hal tersebut. Kita perlu riset. Apabila
kita tidak sempat melakukan observasi ke lapangan atau mewawancarai narasumber,
kita dapat mengumpulkan informasi dengan cara membaca buku atau artikel
terkait. Hal itu memberi bahan tulisan sehingga apa yang kita tulis menjadi
berbobot dan akurat. Berbahaya jika kita menulis tanpa landasan data yang
benar, sekali pun menulis karya fiksi.
Seorang penulis dituntut untuk
tahu banyak hal walaupun tidak banyak tahu.
- Memperkaya kosa kata dan struktur bahasa
Apabila berkeinginan menulis
puisi, bacalah puisi-puisi yang bagus! Saran seperti ini ada benarnya. Membaca
teks yang telah memiliki riwayat kritik dapat kita jadikan model. Bagaimana pun
juga, salah satu cara belajar yang efektif adalah dengan cara meniru. Meniru
lalu membuat bentuk baru, bukan menjiplak atau menyalin utuh kemudian mengklaim
sebagai karya pribadi. Itu namanya plagiat. Hal yang boleh dilakukan adalah
mencontoh dengan modifikasi.
Semakin rajinkita membaca
karya-karya yang berkualitas baik, semakin banyak perbendaharaan kosa kata dan
pola-pola rangkaian kalimat yang sangat penting untuk mengungkapkan gagasan ke
dalam tulisan. Kosa kata yang banyak membuat kita tidak menggunakan kata-kata
yang itu ke itu saja, namun bervariasi. Membaca kata-kata dalam kamus juga
sangat membantu upaya menambah pundi-pundi diksi kita.
- Teknik penyajian
Ide yang menarik apabila disajikan
dengan teknik yang tidak pas hanya akan membuat pembaca menjadi bosan dan
beralih ke bacaan atau media lain. Seorang penulis perlu menguasai teknik
membuka tulisan, memberikan ilustrasi, mengambarkan latar, mendeskripsikan peristiwa,
menguraikan alur proses dengan efektif, dan mengakhiri tulisannya. Dapat dengan
menggunakan pola piramida terbalik, dengan memasukkan kutipan kata bijak, ayat
suci, puisi, lagu, atau teks lain, dapat juga dengan memberikan poin-poin rincian penjelasan. Di dalam karya fiksi juga
diperlukan penggunaan sudut pandang yang tepat dan tata alur yang memikat
keingintahuan pembaca, istilahnya suspense
dan surprise.
Sebagai ajang latihan, kita dapat
mencoba-coba pola penyajian tulisan yang dipakai penulis ahli sampai kita
menemukan style (gaya) sendiri. Ada
penulis yang selalu meghantarkan gagasannya dengan cara mengkomparasi teks yang
sudah ada dan menampilkan relevansi dengan fenomena temporer. Ada yang
menyelipkan anekdot agar kritiknya tidak terasa menyakitkan. Ada yang
memaparkan kasus faktual agar tulisannya lebih dekat dengan kehidupan pembaca.
- Memecah kebuntuan
Kebuntuan terjadi karena kita
kekurangan referensi. Lazimnya, ketika kita berhadapan dengan sebuah
permasalahan, secara alamiah otak kita akan menghadirkan referensi permasalahan
yang serupa sehingga kita tergerak untuk memilih tindakan yang mirip dengan
referensi tersebut. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa kita berperilaku
berdasarkan referensi yang kita miliki. Dengan referensi tersebut, sisi kreatif
diri kita melakukan modifikasi dan improvisasi yang menghasilkan tindakan yang
mirip namun berbeda. Begitu juga dengan menulis, kita tidak dapat menulis hal
yang tidak kita tahu, yang kita tidak punya referensi mengenainya. Semakin
banyak referensi yang kita miliki, semakin banyak pilihan jalan keluar. Tidak
akan ada yang namanya gang buntu saat menulis.
- Sumber inspirasi
Bagi seorang kreator, kehadiran
sebuah karya akan memancing lahirnya karya lain. Ketika seorang penulis selesai
membaca sebuah teks tulisan otak kreatifnya terangsang untuk merespons bacaan tersebut. Respons itu dapat berwujud kritik
atas karya yang selesai dibaca tersebut, dapat juga memberikan alternatif jalan
cerita atau penyelesaian yang lain. Oleh karena itu, ketika muncul penolakan
terhadap sebuah karya sikap paling pas untuk berpolemik atau adu wacana adalah
dengan membuat tulisan untuk menanggapinya.
Seperti
yang diungkap di bagian awal tulisan ini, menulis dapat dianalogikan dengan
menuang air dari botol ke gelas. Kita tidak dapat mengisi gelas dengan madu
jika botolnya kosong. Kita tidak dapat mengisi gelas dengan madu jika botolnya
tidak berisi madu, melainkan hanya air gula untuk makan bubur putih. Memang
sama-sama manis, namun tetap berbeda nilainya. Oleh karena itu, jika kita ingin
menyuguhkan segelas madu, botolnya haruslah dalam keadaan berisi, dan isinya
tentu saja harus madu.
Madu
dalam konteks ini berarti tulisan yang berkualitas, yang memberikan kemashlatan
bagi pembaca, hikmah, pembelajaran, atau inspirasi, bukan malah gagasan beracun
yang mengacaukan pemikiran pembaca sehingga kehidupannya menjadi kacau. Tulisan
yang kita harapkan tentulah yang mencerahkan seperti madu yang menyehatkan.
Di
situlah pentingnya memilih bacaan. Apapun genre tulisan yang kita tulis, kita
boleh membaca genre mana pun; buku agama, dongeng, novel, sejarah, politik,
perjalanan, parenting, cara berkebun, biografi, atau kumpulan humor. Tidak
masalah. Bacaan yang variatif akan
memperkaya warna tulisan kita. Yang penting adalah mutu bacaan tersebut. Jaminan
mutu tersebut bisa kita lihat dari siapa penulisnya. Pilihlah bacaan buah pikir orang yang memang memahami apa
yang dia tulis dan secara umum telah mendapat penilaian baik. Bacaan yang baik
ibarat makanan bergizi yang akan membuat jiwa kreatif kita turut sehat.
Supaya
botol gagasan kreatif kita selalu berisi dan berkualitas, kita memang perlu
mengisinya secara rutin dengan membaca. Kita dapat menjadwalkan kapan waktu,
lama, serta target jumlah halaman yang dibaca. Pengaturan ini membuat kita
lebih disiplin dan terkelola. Tidak masalah hanya beberapa halaman dalam sehari
asal istiqomah. Idealnya memang dengan target jumlah dan variasi. Jangan
biarkan botol gagasan kosong. Jika kosong, apa yang akan ditulis? Ide-ide yang
sudah basi?
Sebagai
manusia, kita bersifat khilaf dan pelupa. Apa yang telah kita baca tidak akan
teringat seutuhnya. Bagaimana cara agar informasinya tidak hilang atau keliru?
Catatlah. Tidak ada ruginya menyediakan buku catatan kecil untuk menemani
aktivitas membaca. Informasi yang dianggap penting ditulis di buku catatan.
Tambahkan juga resume dan kutipan penting yang dapat kita petik dari teks yang
telah dibaca. Tidak saja akan membuat kita lebih ingat, namun juga dapat
digunakan di kemudian hari bila membutuhkan referensi.
Di
dalam Al Quran Surat Al Alaq 1-5 yang artinya “Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang menciptakan; Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah;
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Mulia; Yang mengajar manusia dengan pena; Dia
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” Perintah membaca dan menulis
merupakan paket komplit belajar.
OK, supaya kita bisa selalu menuangkan madu yang
berkualitas baik ke dalam gelas-gelas orang yang akan meneguk manfaat dari
tulisan kita, kita perlu rajin dan rutin membaca, memilih bacaan yang tepat dan
berkualitas agar yang kita bagi kepada para pembaca tidak sekadar omong kosong,
namun untaian hikmah penuh makna!
keren bang. saya tidak sengaja membaca tulisan ini yang tampil dinotif akun google saya.
ReplyDelete